Jumat, 16 Oktober 2015

Asap Oh Asap




            Sepertinya agak telat menulis ini tapi aku memikirkan banyak hal tentang negeri ini. Salah satunya asap. Oh asap ? Jangan tanya ! Kalian pernah dengar kan tentang asap di Riau ? Belum ? Ok, aku beri tahu. Beritanya sudah menyebar. Riau, tepatnya Pekanbaru kualitas udaranya sudah sangat buruk. Nah, aku sendiri sebagai mahasiswa udah kenyang sama berita itu. Mulai dari kemarin aku P2 MABA sampai beberapa hari terakhir ini, aku mendengar berita tentang asap di Riau. Gimana nasib saudara kita di sana ? Udara di sana udah nggak layak buat pernapasan manusia. Terus kenapa belum diungsikan ? Kenapa setelah sekian korban jatuh, Presiden baru mengunjungi Riau ?
            Bukan bencana nasional kah penyebabnya ? Tidak malu kah kita, Indonesia yang punya banyak pesawat yang digunakan untuk militer harus mendapat bantuan dari pihak asing ? Tidak malukah kita seakan-akan bantuan dari pihak asing itu menampar kenyataan kalau kita yang katanya negara besar dengan perekonomian yang akan nantinya merajai perekonomian dunia tahun sekian tidak memiliki peralatan untuk memadamkan kabut asap hingga negara tetangga juga kena getahnya ? Tidak malukah kita menerima bantuan pihak asing seakan-akan kewajaran bila kita tidak bisa menyelesaikan permasalahan kita sendiri ? Tidak malukah kita kalau kelakuan sekian oknum membuat negara tetangga melihat kita, negara sebesar ini tidak mampu memadamkan kebakaran hutan kita ? Tidak malukah kita melihat kabut sedemikian tebal yang beritanya beredar setiap hari di layar televisi ? Jika saya, jawabannya adalah saya sangat malu dan kecewa.
Masalah asap ini tentu saja menyangkut masalah manusia. Ini nyawa manusia. Jika ada kesalahan sekian persen pada suatu bangunan, kita bisa mengulang dari awal. Jika ada kesalahan pada perhitungan ekonomi, kita bisa reset itu. Tapi kalau ada kejadian macam ini, kita reset kapan pun tetap ada korban yang jatuh. Salah satu fungsi yang menunjang kehidupan manusia adalah sistem penapasan. Apabila ada masalah dengan sistem pernapasan, oksigen tidak dapat diedarkan ke seluruh tubuh yang akibatnya kematian perlahan pada sel-sel organ dalam manusia yang dapat mengakibatkan kematian.
            Lalu bagaimana dengan saudara kita di sana yang kini menderita ISPA ? Kalau kebakaran ini disebabkan oknum pembakar hutan, well, pertanyaan terbesar pada pikiran saya adalah pembuat keputusan untuk membakar hutan, siapa orangnya ? Mungkin kini dia sedang enak-enak di rumah sambil berkumpul bersama keluarga menghirup udara yang layak. Tapi dimana hatinya ketika melihat saudaranya di Pekanbaru, Palembang, Bengkulu sulit bernapas karena ulahnya. Saya bukan seorang bisa menilai dia hanya dari peristiwa ini. Tapi satu hal yang dapat saya katakan, siapa pun yang terlibat membakar hutan itu, dia penjahat. Lebih rendah dari pengemis.
            Dia membakar hutan yang merupakan rumah dari hewan dan tumbuhan. Dia berbuat kejam pada sesama makhluk Tuhan. Apa artinya dia menjadi khalifah di muka bumi, menjadi pengelola muka bumi ? Dia hanya berbuat kerusakan. Tangannya memang tidak ikut membakar hutan tapi perintahnya adalah yang menyebabkan kebakaran ini terjadi. Sadarkah dia sekarang ? Kalau tidak, mungkin saya bisa menyamakan dia dengan tentara Israel yang membantai warga di Jalur Gaza. Ya mungkin dia tidak membantai dengan senjata tapi perintah untuk membakar hutan darinya membantai sistem penapasan saudara-saudaranya yang tinggal di Riau, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Palangkaraya juga. Tuna hati, buta nurani, itu yang dapat saya katakan.
            Sebagai makhluk Tuhan yang mengerti akan perintah Tuhan, masihkah dia dianggap baik jika ada orang yang menderita akibat dari keputusannya ? Ini bukan soal rupiah tapi ini soal nurani. Kemana dirinya yang sejak di bangku sekolah, kita diajarkan kalau hutan adalah paru-paru dunia ? Kemana hatinya melihat pemberitaan di media massa melihat para saudaranya yang ada di Riau, Palembang, Bengkulu, dan Palangkaraya kesulitan bernapas ? Kemana nuraninya melihat itu ? Apa sudah dibutakan dengan sekian rupiah yang akan diterimanya ? Apa hatinya sudah mati karena untung yang akan diraihnya ?
            Sebagai seorang manusia, kita tidak berhak memanen jika tidak merawat. Kita tidak berhak merusak dan menebang apalagi membakar apabila kita tidak menanam. Apakah hal kecil seperti ini masih harus diajarkan ? Apa bedanya dengan anak TK ? Mungkin pembuat keputusan pembakar hutan itu intelegensinya tinggi tapi EQ dan SQnya nol. Harusnya di pelajaran lingkungan hidupnya dia akan mendapat nilai E. Ingat kita memang bebas berbuat apa saja tapi kebebasan kita dibatasi oleh hak orang lain. Silahkan anda mendapat uang dari usaha anda tapi ingat ada saudara kita yang perlu udara bersih. Dimana anda para pembuat keputusan pembakar hutan ? Harusnya anda menyediakan setiap orang sekian tabung oksigen per hari pada setiap orang yang menikmati asap yang anda berikan dari keputusan anda. Mereka tidak butuh HANYA RASA SIMPATI tapi mereka BUTUH UDARA BERSIH. Mereka berhak atas UDARA BERSIH.
            Sekarang pikirkan. Renungkan dan pikirkan. Kalian para pelaku pembakar hutan. Yang membakar dan yang memberi perintah pembakaran. Berapa ratus atau ribu orang yang menghujat anda ? Berapa ratus atau ribu orang yang anda sengsarakan ? Berapa ratus atau ribu orang yang anda rampas hak untuk bernapas dengan bebas ? Jika anda akhirnya masuk ke dalam neraka, saya kira balasan setimpal. Ah bukan hanya itu, jika suatu hari nanti, anda tiba-tiba menderita kanker atau jantung koroner, saya rasa pantas karena hari ini ratusan orang di sana anda buat tidak bebas bernapas. Jika usaha anda tidak berjalan dengan lancar, saya kira pantas dan anda berhak mendapatkannya karena anda membuat saudara anda di sana menderita. Ingat bukan orang yang beriman orang yang menyengsarakan dan tidak peduli dengan nasib saudaranya. Mungkin di akhirat nanti, orang-orang itu akan menghambat anda masuk surga karena secara tidak langsung anda melakukan genosida.
            Pelaku pembakar hutan, anda adalah penjahat yang tidak punya nurani. Anda sudah melakukan percobaan genosida. Anda sudah menjadi penjahat selevel koruptor dan teroris. Mungkin saat ini anda tidak menyadari tapi jika suatu hari nanti anda di ruang operasi maka sadari dan ingat perbuatan anda. Ingat kami memang tidak tahu siapa anda tapi Tuhan Maha Tahu. Tuhan melihat dan mendengar kelakuan anda. Saran saya sebelum anda tiba-tiba jatuh miskin atau hidup anda dan keluarga anda tiba-tiba menderita penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan dengan mudah, minta maaf dan berikan ganti rugi. Apa sulit menyatakan saya minta maaf dan saya akan mengganti rugi ? Well itu terserah anda karena kelakuan anda yang mendapatkan hasilnya adalah anda. Siapa yang menanam dia akan menuai. Ingat kebaikan hanya akan dibalas dengan kebaikan dan kejahatan akan dibalas dengan kejahatan.

Tidak ada komentar: