Pendidikan
karakter sepertinya jadi isu penting di negeri ini. Terlepas dari apa pun
penyebabnya, saya kira pendidikan karakter memang dibutuhkan. Bukan hanya
terintergrasi dalam kurikulum tapi harus ada action dalam pembelajaran. Sehebat
apa pun kurikulum yang mencantumkan pendidikan karakter akan non sense jika
tidak ada action. Pendidikan bukan hanya membuat seseorang menjadi pandai
tetapi menjadikan seorang manusia mempunyai attitude yang baik. Intelegensi
baik namun attitude dan spiritual buruk maka sama nol besar. Banyak manusia
ditumbuhkan dengan kemampuan intelegensi yang hebat namun pernahkah dari sekian
banyak guru dan orang tua berpikir bahwa kita perlu mengasah attitude seseorang
?
Saya bukan seorang
mahasiswa FKIP yang mengerti cara mendidik seseorang. Saya mahasiswa FKM. Saya
mungkin tidak mengerti cara mendidik orang tapi saya mengerti bagaimana harus
berperilaku. Sepanjang saya mengenyam pendidikan dasar dan menengah, saya
diajarkan apa itu jujur, apa itu tanggung jawab, apa itu peduli dan simpati
namun hanya sebatas teori tanpa penerapan. Ingat 9 karakter yang harus dimiliki
dalam kurikulum ?
1.
Cinta tuhan
dan segenap ciptaannya
2.
Tanggung
jawab, kedisiplinan dan kemandirian
3.
Kejujuran
/amanah dan kearifan
4.
Hormat dan
santun
5.
Dermawan,
suka menolong dan gotong royong/ kerjasama
6.
Percaya
diri, kreatif dan bekerja keras
7.
Kepemimpinan
dan keadilan
8.
Baik dan
rendah hati
9. Toleransi kedamaian dan kesatuan
Sekarang lihat out put
pendidikan kita. Tidak jarang orang pintar tapi justru mempergunakan
kepintarannya untuk membodohi orang lain. Tidak jarang orang pintar tapi justru
tidak amanah dan hanya mengumbar janji. Tidak jarang orang pintar namun tidak
sopan dan hormat pada orang yang lebih tua. Lalu dimana letak kesalahan
kurikulum kita yang hebat di atas kertas itu ? Well, saya teringat tulisan yang
saya baca dari sebuah buku, seorang siswa dari Indonesia berhasil mengalahkan
kemampuan siswa Jepang saat ia bersekolah di sana dan ibunya
menggembar-gemborkan kemampuan anaknya ke sana kemari namun saat bermain di
rumah temannya, ia tidak membereskan mainan yang dimainkannya, ibu si teman
menelpon ibu anak ini untuk memberitahukan bahwa sebagai orang tua, kita harus
mengajarkan anak untuk menyelesaikan apa yang sudah dikerjakan dan merapikan
apa yang sudah dipakai. Inikah attitude orang yang cerdas ? Jujur ketika
membaca tulisan itu saya merasa malu sendiri.
Saya merasa tertampar
ketika membaca itu. Secara kognitif kita memang cerdas tetapi secara perilaku,
kita jauh tertinggal. Kita bangsa Indonesia punya sifat alamiah untuk bersikap
ramah dan sopan, sekarang saya tanya kemana sifat itu pergi ? Bangsa Jepang
mengajarkan semua nilai-nilai moral universal yang baik pada anak-anak di
negeri itu agar mereka bisa sukses secara akademik dan perilaku mereka terjaga.
Mereka diajarkan apa itu jujur dengan teori, diskusi, dan praktik. Mereka
diajarkan disiplin dari kecil agar mereka bisa menerapkannya. Bukan hanya dalam
teori tapi praktik juga.
Ingat ayat ini ?
“Telah nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS: Ar-Rum Ayat: 41)
Well, sekarang terlihat bukan ? Hutan
dibakar untuk membuka perkebunan. Menangkap ikan dengan bahan peledak dan
terumbu karang jadi rusak. Apa kita belum sadar ? Moral bangsa kita sudah
bobrok. Bukan salah kurikulum hebat itu tapi kesalahan kenapa tidak diajarkan
untuk diaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Apa harus jika di ruang rapat
harus berteriak seperti orang gila bahkan harus membanting properti hanya untuk
didengarkan pendapatnya ? Bukankah saat perkuliahan diajarkan untuk bertanya
pada saat seminar ? Kemana attitude itu ?
Sopan
pada orang tidak akan membuat harga diri kita turun justru akan membuat orang
lain akan ikut sopan dan menilai baik attitude kita. Kita banyak diajarkan
tentang perilaku baik tapi menguap begitu saja saat kita menduduki posisi
penting. Kenapa ? Kenapa harus takut atau terlalu menjaga harga diri ? Toh
dengan bersikap sopan kita tidak sedang merendahkan diri kita. Apa yang kita
takutkan ? Yang mungkin ada adalah arogansi dan keinginan menang sendiri. Ingat
kita semua berasal dari titik terendah. Karir segemilang apa pun dimulai dari
titik nol. Mungkin kita tidak perlu kurikulum karakter yang hebat di atas
kertas tapi kita perlu kurikulum pendidikan karakter yang penerapannya sangat
brillian. Pendidikan karakter itu bukan diteorikan tapi dipraktikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar