Minggu, 18 Oktober 2015

Pendidikan Karakter




            Pendidikan karakter sepertinya jadi isu penting di negeri ini. Terlepas dari apa pun penyebabnya, saya kira pendidikan karakter memang dibutuhkan. Bukan hanya terintergrasi dalam kurikulum tapi harus ada action dalam pembelajaran. Sehebat apa pun kurikulum yang mencantumkan pendidikan karakter akan non sense jika tidak ada action. Pendidikan bukan hanya membuat seseorang menjadi pandai tetapi menjadikan seorang manusia mempunyai attitude yang baik. Intelegensi baik namun attitude dan spiritual buruk maka sama nol besar. Banyak manusia ditumbuhkan dengan kemampuan intelegensi yang hebat namun pernahkah dari sekian banyak guru dan orang tua berpikir bahwa kita perlu mengasah attitude seseorang ?
Saya bukan seorang mahasiswa FKIP yang mengerti cara mendidik seseorang. Saya mahasiswa FKM. Saya mungkin tidak mengerti cara mendidik orang tapi saya mengerti bagaimana harus berperilaku. Sepanjang saya mengenyam pendidikan dasar dan menengah, saya diajarkan apa itu jujur, apa itu tanggung jawab, apa itu peduli dan simpati namun hanya sebatas teori tanpa penerapan. Ingat 9 karakter yang harus dimiliki dalam kurikulum ?
1.      Cinta tuhan dan segenap ciptaannya
2.      Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian
3.      Kejujuran /amanah dan kearifan
4.      Hormat dan santun
5.      Dermawan, suka menolong dan gotong royong/ kerjasama
6.      Percaya diri, kreatif dan bekerja keras
7.      Kepemimpinan dan keadilan
8.      Baik dan rendah hati
9.      Toleransi kedamaian dan kesatuan
Sekarang lihat out put pendidikan kita. Tidak jarang orang pintar tapi justru mempergunakan kepintarannya untuk membodohi orang lain. Tidak jarang orang pintar tapi justru tidak amanah dan hanya mengumbar janji. Tidak jarang orang pintar namun tidak sopan dan hormat pada orang yang lebih tua. Lalu dimana letak kesalahan kurikulum kita yang hebat di atas kertas itu ? Well, saya teringat tulisan yang saya baca dari sebuah buku, seorang siswa dari Indonesia berhasil mengalahkan kemampuan siswa Jepang saat ia bersekolah di sana dan ibunya menggembar-gemborkan kemampuan anaknya ke sana kemari namun saat bermain di rumah temannya, ia tidak membereskan mainan yang dimainkannya, ibu si teman menelpon ibu anak ini untuk memberitahukan bahwa sebagai orang tua, kita harus mengajarkan anak untuk menyelesaikan apa yang sudah dikerjakan dan merapikan apa yang sudah dipakai. Inikah attitude orang yang cerdas ? Jujur ketika membaca tulisan itu saya merasa malu sendiri.
Saya merasa tertampar ketika membaca itu. Secara kognitif kita memang cerdas tetapi secara perilaku, kita jauh tertinggal. Kita bangsa Indonesia punya sifat alamiah untuk bersikap ramah dan sopan, sekarang saya tanya kemana sifat itu pergi ? Bangsa Jepang mengajarkan semua nilai-nilai moral universal yang baik pada anak-anak di negeri itu agar mereka bisa sukses secara akademik dan perilaku mereka terjaga. Mereka diajarkan apa itu jujur dengan teori, diskusi, dan praktik. Mereka diajarkan disiplin dari kecil agar mereka bisa menerapkannya. Bukan hanya dalam teori tapi praktik juga.
Ingat ayat ini ?
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS: Ar-Rum Ayat: 41)
Well, sekarang terlihat bukan ? Hutan dibakar untuk membuka perkebunan. Menangkap ikan dengan bahan peledak dan terumbu karang jadi rusak. Apa kita belum sadar ? Moral bangsa kita sudah bobrok. Bukan salah kurikulum hebat itu tapi kesalahan kenapa tidak diajarkan untuk diaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Apa harus jika di ruang rapat harus berteriak seperti orang gila bahkan harus membanting properti hanya untuk didengarkan pendapatnya ? Bukankah saat perkuliahan diajarkan untuk bertanya pada saat seminar ? Kemana attitude itu ?
            Sopan pada orang tidak akan membuat harga diri kita turun justru akan membuat orang lain akan ikut sopan dan menilai baik attitude kita. Kita banyak diajarkan tentang perilaku baik tapi menguap begitu saja saat kita menduduki posisi penting. Kenapa ? Kenapa harus takut atau terlalu menjaga harga diri ? Toh dengan bersikap sopan kita tidak sedang merendahkan diri kita. Apa yang kita takutkan ? Yang mungkin ada adalah arogansi dan keinginan menang sendiri. Ingat kita semua berasal dari titik terendah. Karir segemilang apa pun dimulai dari titik nol. Mungkin kita tidak perlu kurikulum karakter yang hebat di atas kertas tapi kita perlu kurikulum pendidikan karakter yang penerapannya sangat brillian. Pendidikan karakter itu bukan diteorikan tapi dipraktikan.

Tidak ada komentar: